INDRAGIRI.com, OPINI - Peringatan Sumpah Pemuda ke-96 dengan tema "Maju Bersama Indonesia Raya" pada tahun 2024 ini menyampaikan seruan bagi pemuda Indonesia untuk bangkit. Namun, di balik gegap gempita dan slogan-slogan semangat, terselip pertanyaan penting: Apakah pemuda kita hanya sekadar memiliki potensi ataukah benar-benar siap menggerakkan perubahan nyata? Bicara soal ide-ide brilian dan ambisi besar sudah sering kita dengar, tapi tanpa langkah nyata, semua itu tak lebih dari omong kosong.
Saat ini pemuda berada di tengah persimpangan era digital yang penuh tantangan sekaligus peluang. Di satu sisi, teknologi memberikan akses informasi yang luar biasa luas, memungkinkan kolaborasi lintas batas dan menghadirkan kesempatan untuk berinovasi. Namun, apakah pemuda benar-benar memanfaatkannya untuk sesuatu yang berarti? Banyak yang justru hanyut dalam budaya konsumtif dan kesenangan instan tanpa memikirkan dampak panjang dari apa yang mereka lakukan.
Alih-alih menggunakan teknologi untuk maju, sebagian besar malah menghabiskan waktu di dunia maya tanpa kontribusi nyata bagi masyarakat sekitarnya. Potensi besar tanpa aksi nyata hanyalah ilusi belaka; ini saatnya pemuda berani melangkah keluar dari zona nyaman dan menghadapi realitas untuk menciptakan perubahan yang berdampak.
Dalam hal ini, pemuda memiliki kekuatan besar untuk menjadi penggerak utama ekonomi berbasis potensi lokal. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menawarkan peluang besar bagi pemuda untuk menciptakan lapangan kerja, mendorong ekonomi lokal, dan mengangkat potensi khas daerah masing-masing. Dengan sentuhan teknologi, produk lokal dari hasil pertanian, kerajinan tradisional, atau bahan alam lainnya dapat diolah menjadi produk bernilai tambah yang mampu bersaing tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga internasional.
Namun, semangat membangun ekonomi tidak boleh mengorbankan kelestarian lingkungan. Bisnis yang hanya mengejar keuntungan tanpa peduli pada dampak ekologisnya pada akhirnya akan menjadi bom waktu bagi generasi mendatang. Pemuda harus mengedepankan bisnis yang berkelanjutan, mempraktikkan daur ulang, memanfaatkan sumber daya terbarukan, dan menerapkan konsep ekonomi sirkular yang mendukung keseimbangan alam.
Peran mahasiswa dan organisasi kepemudaan (OKP) seperti KNPI, Karang Taruna, dan Remaja Masjid harus lebih dari sekadar perayaan seremonial. OKP dan mahasiswa semestinya menjadi pusat sinergi yang efektif dalam berbagai bidang seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan. Bukan hanya berkumpul untuk berbicara, mereka harus mampu melahirkan solusi konkret yang nyata di lapangan. OKP harus menjadi ruang untuk berdiskusi, beraksi, dan merangkul semangat pemuda yang aktif terlibat dalam masyarakat.
Salah satu masalah konkret yang memerlukan perhatian adalah pengelolaan sampah, yang tidak hanya menjadi tugas pemerintah melainkan tanggung jawab bersama. Pemuda sering kali menjadi motor gerakan peduli lingkungan, namun apakah aksi mereka sejalan dengan suara mereka yang lantang? Tak cukup hanya bicara pentingnya menjaga lingkungan; aksi nyata diperlukan, dari mengedukasi masyarakat, menginisiasi gerakan daur ulang, hingga mengadvokasi kebijakan yang mendukung pengelolaan sampah berkelanjutan. Sampah adalah masalah kita semua, dan jika pemuda tidak memulainya sekarang, kapan lagi?
Bersama-sama, pemuda, pemerintah, mahasiswa, dan masyarakat harus bersinergi demi perubahan nyata. Kolaborasi menjadi kunci utama dalam membangun masyarakat yang kuat dan mandiri. Tak ada gunanya mengkritik jika hanya menjadi bara api yang membakar tanpa tujuan. Pemuda harus mampu bekerja sama, saling mendukung ide-ide inovatif, dan merangkul setiap elemen masyarakat. Pemerintah daerah pun harus terbuka terhadap ide-ide segar dari pemuda, bukan sekadar formalitas tanpa hasil nyata.
Tidak hanya cukup berpendapat; ada langkah konkret yang perlu diambil sebagai wujud komitmen terhadap perubahan. Pemuda harus mulai dari meningkatkan kesadaran dan melakukan aksi nyata untuk melestarikan lingkungan, mengembangkan ekonomi kreatif berbasis potensi lokal tanpa mengorbankan lingkungan, membangun pola pikir produktif di era digital, dan menjadi teladan dalam masyarakat dengan sikap disiplin, kejujuran, dan kepedulian pada sesama. Pemuda harus tampil sebagai agen perubahan, bukan hanya dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan yang berdampak.
Bicara tentang dekadensi moral di kalangan pemuda juga tak bisa diabaikan. Ini bukan alasan untuk berdiam diri atau menyalahkan pihak lain. Pemuda harus sadar akan tanggung jawab besar mereka sebagai generasi penerus bangsa. Tantangan mungkin berat, tetapi kreativitas, semangat inovasi, dan ketangguhan adalah modal besar yang dapat membawa perubahan. Jika diarahkan dengan baik, potensi ini bisa menjadi kekuatan luar biasa.
Maka, harapan bagi pemuda Indonesia adalah agar mereka menjadi generasi dengan visi yang jelas, siap mengambil tanggung jawab, dan berani memperjuangkan perubahan nyata. Semoga dengan peringatan Sumpah Pemuda ini, para pemuda terdorong untuk semakin berkontribusi pada bangsa, menjaga persatuan, dan membangun Indonesia yang kuat, berdaya, dan berkarakter. **
----------------------
Ditulis oleh Sulaiman, Mahasiswa IAI AR-Risalah Inhil Riau, Fakultas Dakwah, Prodi Komunikasi Penyiaran Islam
0 Komentar