Perbaikan ini merupakan lanjutan dari gerakan warga yang telah dilakukan secara konsisten dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai ruas strategis di wilayah Sungai Guntung sudah lebih dulu diperbaiki warga tanpa menunggu sentuhan anggaran pemerintah.
“Ini murni dari kami. Kami urunan dana, beli material sendiri, kerja bersama. Kalau kami diam, jalan rusak terus. Maka kami bergerak,” ungkap M. Sahibek, tokoh masyarakat Tagaraja yang akrab disapa Ibek.
Jalan-jalan yang telah diperbaiki sebelumnya mencakup Jalan Jenderal Sudirman, H. Abdul Manaf, Hasanuddin, Gajah Mada, Imam Subuh, dan Jalan Pendidikan, serta sejumlah akses permukiman lainnya. “Tidak hanya uang, kami juga terjun langsung. Yang kuat ngangkat batu, yang bisa aduk semen, yang sempat bawa makanan dari rumah. Semua bahu-membahu,” jelasnya.
Menurut Ibek, kegiatan gotong royong bukan hanya untuk memperbaiki jalan, tetapi juga membangun semangat kebersamaan. “Kami terbuka jika ada yang mau bantu, entah tenaga, bahan bangunan, atau sekadar donasi. Yang penting niat baik untuk masyarakat,” katanya.
Meski sudah berbuat banyak, warga Tagaraja tetap berharap kehadiran pemerintah daerah, maupun perusahaan melalui program CSR, untuk mendukung keberlanjutan dan kualitas infrastruktur jalan. “Kalau bisa diaspal dan dibantu, tentu lebih awet. Tapi kalau tidak juga, kami tetap akan lanjut,” tambah salah satu warga.
Apa yang dilakukan warga Tagaraja adalah tamparan halus: rakyat bisa bekerja tanpa menunggu. Tapi bayangkan dampaknya jika energi rakyat ini diperkuat oleh dukungan negara.
Besok, mereka kembali turun tangan. Sementara itu, pertanyaan besar masih menggantung: di mana peran pemerintah?
(Rep/Leman)
0 Komentar